Sejarah Desa

Jauh sebelum Indonesia merdeka wilayah yang sekarang dikenal dengan desa Banaran dahulu adalah hutan belantara, sebelum ada dua orang pujangga dari Sumedang yang bertapa di gua Sleman. Tidak sadar dua pujangga itu terbawa angin dan terjatuh di sawah sembung diantara dua pohon beringin. Dari salah satu pujangga itu telah meninggal dunia kemudian pujangga yang satunya meneruskan perjalanan. Di tengah-tengah hutan belantara dia memilih untuk menetap dihutan belantara itu.

Nama dari pujangga itu adalah Kaki Bana, dan tidak lama kemudian Kaki Bana menikahi seorang wanita yang bernama Nini Bana, setelah mereka menetap disitu berahun-tahun mereka mempunyai anak, cucu, cicit dan seterusnya sekitar sampai 17 turunan 100 tahun kira-kira perhitungannnya. Karena nama yang babat alas itu bernama Kaki Bana dan Nini Bana maka kemudian pekampungan itu diberi nama desa Banaran.

Dan baru diketahui ada pemimpin kampung pada zaman Belanda siapa yang paling digdaya atau sakti itu yang menjadi pimpinan dan pertama dipimpin oleh mbah Gering. Dalam kepemimpinan mbah Gering belum ada satu bulan sudah diganti oleh mbah Lurah Saeun tahun 30-an kepala Desa yang pertama dalam kepemimpinan mbah lurah Saeun ada pemberontakan masa Belanda sehingga mbah Saeun mengungsi entah kemana tidak ada yang tahu sehingga ada kekosongan kepemimpinan baru muncul kepemimpinan lagi yang dipimpin oleh mbah lurah Rahmat ini masih zaman Belanda, beliau memimpin sampai Indonesia merdeka kemudian beliau meninggal maka diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama kali pada tahun 1950 yaitu ada dua calon mbah Suratman dan mbah Sair karena pada waktu itu mbah Sair disuruh tanda tangan dia pakai tulisan arab sehingga dia tidak memenuhi syarat menjadi kepala desa dan akhirnya mbah Suratman yang jadi kepala desa.

Beliau menjabat kurang lebih selama kurang 30 tahunan baru kemudian tahun 1975 diadakan pemilihan kepala desa kembali dengan dua orang calon yaitu Bp. Sukarnan dan Bp. Subandi. Bp. Sukarnan dengan tanda gambar Padi dan Bp. Subandi dengan gambar kendi yang akhirnya dimenangkan oleh Bp.Subandi. Beliau menjabat sampai tahun 1988 pada waktu itu ada peraturan pemerinah Daerah (Perda), bahwa pejabat kepala desa paling lama masa jabatannya 15 tahun, padahal waktu itu Bp. Subandi sudah menjabat lebih dari 15 tahun dan akhirnya beliau harus berhenti menjabat sebagai kepala desa.

Tepatnya pada tahun 1989 dari pemerintah Kabupaten mengadakan pemilihan kepala desa kembali, pada saat itu ada dua orang yang mencalonkan diri yaitu Bp. Nahrowi dan Bp. Bahri yang kemudian dimenangkan oleh Bp. Bahri. Setelah 9 tahun menjabat menjadi kepala desa pada saat itu tepatnya pada tahun 1998 dia terkena dampak dari era Revormasi dia harus melepaskan jabatannya sebagai kepala desa dengan paksa.

Akhirnya kepemimpinan dipegang oleh PJ kepala Desa yang dijabat oleh pamong desa yaitu Bp. A. Sodik dan diadakan pemilihan kembali pada tahun 1999 dengan 3 orang calon yaitu Bp. Susilo, Bp. Sambari dan Bp. Supriyono. Pemilihan dimenangkan oleh Bp. Susilo beliau menjabat selama 3 tahun dan pada tahun 2007 diadakan pemilihan kepala desa kembali yang hanya satu calon yaitu Bp. Juremi belum lama menjabat yaitu selama 2 tahun dia wafat karena belum satu periode beliau wafat akhirnya roda pemerintahan dipegang oleh PJ Kepala Desa (Sekdes) yaitu Ibu Mursiyah.

Selanjutnya pada tanggal 12 Mei 2010 diadakan pemilihan kepala desa kembali yaitu terdapat dua orang calon, calon yang pertama : Bp. Supriyono dengan tanda gambar Padi dan calon yang kedua Bp. Muh. Khafid dengan tanda gambar Ketela. Pada pemilihan itu akhirnya dimenangkan oleh Bp. Supriyono yang menjabat sebagai kepala desa dengan masa jabatan periode tahun 2010-2016.

Setelah masa jabatan Bp. Supriyono berakhirnya, maka pada bulan Maret 2016 diadakan pemilihan kepala desa kembali dengan 2 orang calon yaitu Bp. Supriyono dan Ibu Watik yang tidak lain dan tidak bukan adalah istri dari Bp. Supriyono. Akhirnya pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Bp. Supriyono dengan masa jabatan periode tahun 2016-2022.

Pada tahun 2022 setelah kepemimpinan Bp. Supriyono, yaitu bulan Mei diadakan pemilihan kepala desa dengan 2 orang calon yaitu Bp. Mustofa dan istrinya sendiri sebagai lawannya dalam pemilihan kepala desa bernama Ibu Yayuk Ekowati. Dan dalam pemilihan kepala desa terpilih dimenangkan oleh Bp. Mustofa yang menjabat sebagai kepala desa periode tahun 2023-2028.

Jauh sebelum Indonesia merdeka wilayah yang sekarang dikenal dengan desa Banaran dahulu adalah hutan belantara, sebelum ada dua orang pujangga dari Sumedang yang bertapa di gua Sleman. Tidak sadar dua pujangga itu terbawa angin dan terjatuh di sawah sembung diantara dua pohon beringin. Dari salah satu pujangga itu telah meninggal dunia kemudian pujangga yang satunya meneruskan perjalanan. Di tengah-tengah hutan belantara dia memilih untuk menetap dihutan belantara itu.

Nama dari pujangga itu adalah Kaki Bana, dan tidak lama kemudian Kaki Bana menikahi seorang wanita yang bernama Nini Bana, setelah mereka menetap disitu berahun-tahun mereka mempunyai anak, cucu, cicit dan seterusnya sekitar sampai 17 turunan 100 tahun kira-kira perhitungannnya. Karena nama yang babat alas itu bernama Kaki Bana dan Nini Bana maka kemudian pekampungan itu diberi nama desa Banaran.

Dan baru diketahui ada pemimpin kampung pada zaman Belanda siapa yang paling digdaya atau sakti itu yang menjadi pimpinan dan pertama dipimpin oleh mbah Gering. Dalam kepemimpinan mbah Gering belum ada satu bulan sudah diganti oleh mbah Lurah Saeun tahun 30-an kepala Desa yang pertama dalam kepemimpinan mbah lurah Saeun ada pemberontakan masa Belanda sehingga mbah Saeun mengungsi entah kemana tidak ada yang tahu sehingga ada kekosongan kepemimpinan baru muncul kepemimpinan lagi yang dipimpin oleh mbah lurah Rahmat ini masih zaman Belanda, beliau memimpin sampai Indonesia merdeka kemudian beliau meninggal maka diadakan pemilihan Kepala Desa yang pertama kali pada tahun 1950 yaitu ada dua calon mbah Suratman dan mbah Sair karena pada waktu itu mbah Sair disuruh tanda tangan dia pakai tulisan arab sehingga dia tidak memenuhi syarat menjadi kepala desa dan akhirnya mbah Suratman yang jadi kepala desa.

Beliau menjabat kurang lebih selama kurang 30 tahunan baru kemudian tahun 1975 diadakan pemilihan kepala desa kembali dengan dua orang calon yaitu Bp. Sukarnan dan Bp. Subandi. Bp. Sukarnan dengan tanda gambar Padi dan Bp. Subandi dengan gambar kendi yang akhirnya dimenangkan oleh Bp.Subandi. Beliau menjabat sampai tahun 1988 pada waktu itu ada peraturan pemerinah Daerah (Perda), bahwa pejabat kepala desa paling lama masa jabatannya 15 tahun, padahal waktu itu Bp. Subandi sudah menjabat lebih dari 15 tahun dan akhirnya beliau harus berhenti menjabat sebagai kepala desa.

Tepatnya pada tahun 1989 dari pemerintah Kabupaten mengadakan pemilihan kepala desa kembali, pada saat itu ada dua orang yang mencalonkan diri yaitu Bp. Nahrowi dan Bp. Bahri yang kemudian dimenangkan oleh Bp. Bahri. Setelah 9 tahun menjabat menjadi kepala desa pada saat itu tepatnya pada tahun 1998 dia terkena dampak dari era Revormasi dia harus melepaskan jabatannya sebagai kepala desa dengan paksa.

Akhirnya kepemimpinan dipegang oleh PJ kepala Desa yang dijabat oleh pamong desa yaitu Bp. A. Sodik dan diadakan pemilihan kembali pada tahun 1999 dengan 3 orang calon yaitu Bp. Susilo, Bp. Sambari dan Bp. Supriyono. Pemilihan dimenangkan oleh Bp. Susilo beliau menjabat selama 3 tahun dan pada tahun 2007 diadakan pemilihan kepala desa kembali yang hanya satu calon yaitu Bp. Juremi belum lama menjabat yaitu selama 2 tahun dia wafat karena belum satu periode beliau wafat akhirnya roda pemerintahan dipegang oleh PJ Kepala Desa (Sekdes) yaitu Ibu Mursiyah.

Selanjutnya pada tanggal 12 Mei 2010 diadakan pemilihan kepala desa kembali yaitu terdapat dua orang calon, calon yang pertama : Bp. Supriyono dengan tanda gambar Padi dan calon yang kedua Bp. Muh. Khafid dengan tanda gambar Ketela. Pada pemilihan itu akhirnya dimenangkan oleh Bp. Supriyono yang menjabat sebagai kepala desa dengan masa jabatan periode tahun 2010-2016.

Setelah masa jabatan Bp. Supriyono berakhirnya, maka pada bulan Maret 2016 diadakan pemilihan kepala desa kembali dengan 2 orang calon yaitu Bp. Supriyono dan Ibu Watik yang tidak lain dan tidak bukan adalah istri dari Bp. Supriyono. Akhirnya pemilihan kepala desa dimenangkan oleh Bp. Supriyono dengan masa jabatan periode tahun 2016-2022.

Pada tahun 2022 setelah kepemimpinan Bp. Supriyono, yaitu bulan Mei diadakan pemilihan kepala desa dengan 2 orang calon yaitu Bp. Mustofa dan istrinya sendiri sebagai lawannya dalam pemilihan kepala desa bernama Ibu Yayuk Ekowati. Dan dalam pemilihan kepala desa terpilih dimenangkan oleh Bp. Mustofa yang menjabat sebagai kepala desa periode tahun 2023-2028.